Bismillah..
Akhirnya hari ini akan jalan-jalan, yes!
Semoga selamat dalam perjalanan hingga sampai tujuan :))
Friday, December 28, 2012
Thursday, December 27, 2012
STOP Alay!
Apa pernah kau bertemu orang ini?
bertemu seseorang yang rela sedikit berkorban untuk kebahagiaanmu??
ah? aku sudah lama bertemu dengannya,
tapi sayang baru ku sadari hal itu beberapa hari ini..
betapa payah aku :(
bertemu seseorang yang rela sedikit berkorban untuk kebahagiaanmu??
ah? aku sudah lama bertemu dengannya,
tapi sayang baru ku sadari hal itu beberapa hari ini..
betapa payah aku :(
Wednesday, December 26, 2012
01 Februari 2013
haht..
jadi begitu merasa bersalah :(
ya, memang salahku..
aku hanya mampu berkata maaf dan maaf :(
kalo inget siih pengen ketawa ajha :D :D
jadi begitu merasa bersalah :(
ya, memang salahku..
aku hanya mampu berkata maaf dan maaf :(
kalo inget siih pengen ketawa ajha :D :D
Sunday, December 23, 2012
24 Desember 2012
Ternyata, aku merasa...
aku telah memilikimu :)
aku telah memiliki hatimu.
aku yakin akan hal itu.
aku telah memilikimu :)
aku telah memiliki hatimu.
aku yakin akan hal itu.
Wednesday, December 19, 2012
Calm Down
Tuhan...
Sudah ku temukan jawabannya.
Terima kasih telah menunjukkan yang sebenarnya :)
Terima kasih telah membuatku mengerti :D
hahahah :D
Sudah ku temukan jawabannya.
Terima kasih telah menunjukkan yang sebenarnya :)
Terima kasih telah membuatku mengerti :D
hahahah :D
Thursday, November 15, 2012
Siapa sebenarnya?
“kamu yang memulainya, kamu yang membuat keadaannya
berubah, kamu yang memunculkan nama-nama” katamu, bukan hanya seperti
meraut-raut telingaku bahkan juga seperti mengupas habis hatiku.
“apa?! Aku…?” kelu. Aku tak mampu untuk sekedar membantah,
ini seperti aku begitu asing bagimu. Aku yang memulainya? Oke, dengan
senang hati aku terima, kamu boleh menganggap aku yang memulai kerusakan ini, kerusakan
yang memang mungkin aku dalangnya. Aku
yang membuat keadaannya berubah? Baik, lantas aku tanya sekarang, apakah
aku salah jika aku harus pertama kali jatuh hati pada seseorang yang begitu
sering menemaniku menikmati hari? Memberi sebentuk perhatian yang entah sekedar
iseng atau apa. Aku manusia, aku jatuh hati pada orang yang membuatku nyaman
hidup di dunia ini. Aku hanya terlalu ceroboh menempatkan perasaanku sendiri. Aku
akui itu salahku. Kamu yang memunculkan nama-nama? Lagi-lagi aku dan
lagi-lagi baiklah aku terima, walau aku lupa kapan sebenarnya julukan itu mulai
ada. Alasan paling kuat kenapa aku harus seperti mencari nama yang cocok
untukmu adalah karena kau melarangku memanggilmu “Gus” seperti orang lain
memanggilmu demikian? Jika kau tak suka kenapa tidak kamu tolak saat itu juga? Mungkin
aku akan berhenti mencarikanmu “nama”. Aku yang salah! Memang aku!
***
Agustus 2012
Bulan Ramadhan, menjelang Idul Fitri saat orang-orang
bahagia menyambut hari yang begitu special, begitu sakral. Berbeda denganku,
aku lebih sering berdiam diri di kamar, memikirkan kenapa semua berantakan
seperti ini. Aku juga kadang tertawa mengingat kesepakatan kita malam itu. Sebuah
kesepakan untuk tutup komunikasi. Hah? Parah sekali..
Kau tahu? Ibuku sering sekali tiba-tiba ke kamar dan
berkata “jika menangis sekencang-kencangnya bisa membuatmu memiliki keinginan
untuk keluar kamar, menangislah, Nak. Ibu tak kan malu atau marah” mendengar itu.
Aku hanya mampu menangis diam-diam.
***
Dear it took so long just to feel alright, aku
bukan hanya merasa kehilangan energi, sakit ataupun terluka yang begitu perih tapi
aku merasa telah mati. Aku mulai ingin menghentikan segala aktifitas nyata atau
maya-ku. Dan ini memang konyol bahkan sangat bodoh, tak heran jika mereka malah
lebih sering memarahiku karena telah bosan melihatku seperti selalu menderita
karena semua ini. Demi mereka aku mulai jadi pembohong! Pembohong bagi diri
sendiri bahkan orang lain, setiap hari aku harus pura-pura baik saja dan tak
terjadi apa-apa, kadang aku berpikir apakah kau merasakan yang sama? Merasakan sakit
yang sedemikian rupa? Pertanyaan ini malah semakin membuatku terlihat konyol
bahkan memalukan sekali. Ini seperti aku mengharapmu kembali. Dan benar,
harapan itu nyata. Suatu siang kau datang bertandang dan bertanya “apakah aku
baik-baik saja?” ini pertanyaan yang begitu polos, kenapa kau masih menanyakannya?
jika kau memang mau mengaku sebagai teman terdekatku seharusnya kau tahu “aku
tak baik-baik saja”. Setelah itu aku merasa kau seperti pengusik, suka
mengganggu tiap keping ketenangan yang dengan susah payah aku kumpulkan setiap
hari. Setelah aku minta untuk berhenti mengusik kau malah bilang kau terusik
dengan tentangku di perangkatmu. Kenapa tak kau hapus saja? Agar aku tak harus
bimbang antara menganggapmu baik atau tidak.
***
Memalukan, sakit, dan benci.
Setelah benar-benar lama, muak sudah aku mendengar
semuanya, tiap berita yang melintas atau hinggap di telinga benar-benar membuatku
ingin hilang dari dunia, kadang aku merasa harus di pihakmu. Tetap positif kau
tak pernah ingin menyakitiku lebih dalam lagi. Tapi kadang aku ingin sekali
benar-benar benci dan menganggapmu musuh. Betapa beruntung kau, aku tak bisa. Aku
malah semakin tersiksa karena perasaan benci yang seperti dibuat-buat dan
selalu kalah oleh perasaanku yang meluap-luap.
Aku hanya tak habis pikir, kemana dirimu saat ini
yang kemarin bersikukuh menganggapku sahabat dan tak bersedia aku anggap
kekasih? Aku sendiri di tengah semua orang yang sedang membincangi kita, aku,
kau dan sahabatku sendiri. kamu bahkan seakan bangga dengan semua ini, membiarkan
mereka mencercaku, menginjakku seperti aku mulai dilahap tanah yang begitu
gersang, keras dan kering. Bahkan mungkin apakah kau tak sedikitpun ingin
membelaku? Yang katamu sahabatmu, orang yang palling banyak mengisi harimu? Kenapa
kau hanya di tempat? Berhentilah mengucap kalimat ini “aku tak bisa berbuat
banyak”. Kau bukan Tuhan wajar tak bisa melakukan banyak hal, aku hanya ingin
kau hentikan mereka, aku lelah sangat, ingin tenang.
Jangan lupakan, kau yang sebenarnya mengajariku
berenang dengan diam-diam hingga di tengah lautan lepas, lantas kenapa kau
memilih menumpang sebuah perahu dan membiarkanku sendiri kembali ke daratan bebas?
Friday, November 9, 2012
Mengeluh Sebentar Saja
Tuhan,
Aku meminta hati-Mu yang mungkin Kau sematkan dalam dirinya
Aku menunggu tiap jengkal rindu yang mungkin akan Engkau perlihatkan padanya
Ini tentang dirinya yang menjelma ion pada tubuhku
Jika memang tidak, segeralah hapuskan!
Aku sudah bosan terus membanjiri pipi
Aku juga sudah lelah menjadi pemimpi ulung tentang ingin ini
Jika iya, lekas sadarkan!
Cepat beritahukan!
Agar usai segala sakit dan berganti musim-musim semi di pagi hari
Aku mohon Tuhan...
Aku tak begitu sabar :(
Aku meminta hati-Mu yang mungkin Kau sematkan dalam dirinya
Aku menunggu tiap jengkal rindu yang mungkin akan Engkau perlihatkan padanya
Ini tentang dirinya yang menjelma ion pada tubuhku
Jika memang tidak, segeralah hapuskan!
Aku sudah bosan terus membanjiri pipi
Aku juga sudah lelah menjadi pemimpi ulung tentang ingin ini
Jika iya, lekas sadarkan!
Cepat beritahukan!
Agar usai segala sakit dan berganti musim-musim semi di pagi hari
Aku mohon Tuhan...
Aku tak begitu sabar :(
Sunday, October 21, 2012
Glasses VS Bogopaseo
hehe
aku juga nggak ngerti kenapa aku se-LEBAY inii
yang pasti ini photo profil baruku :D
santai lah, yang penting hepiiii :) :D
aku juga nggak ngerti kenapa aku se-LEBAY inii
yang pasti ini photo profil baruku :D
santai lah, yang penting hepiiii :) :D
Friday, October 19, 2012
Friday, October 12, 2012
diK :)
Selamat malam!
Malam ini aku merindukan sesosok dalam tanda kutip.
Entah, betapa aku buta harus seperti kehilangan beberapa hanya karena satu
Oh Tuhan,
perkara betapa sepi aku
kenapa tak kau datanglah malaikat-malaikat untuk menghibur?
atau sekedar biarkan mereka membuatku terlelap dan istirahat??
Kid, aku 'merindukanmu' dalam tanda kutip
Malam ini aku merindukan sesosok dalam tanda kutip.
Entah, betapa aku buta harus seperti kehilangan beberapa hanya karena satu
Oh Tuhan,
perkara betapa sepi aku
kenapa tak kau datanglah malaikat-malaikat untuk menghibur?
atau sekedar biarkan mereka membuatku terlelap dan istirahat??
Kid, aku 'merindukanmu' dalam tanda kutip
sore setelah pagi.
Dear..
Hari ini mengembun, tersapu waktu saat pagi beranjak meninggi.
aargh ,
Seharusnya dari kemarin aku putuskan tuk sekedar berhenti :')
Hari ini mengembun, tersapu waktu saat pagi beranjak meninggi.
aargh ,
Seharusnya dari kemarin aku putuskan tuk sekedar berhenti :')
Tuesday, October 9, 2012
Arum dan Akbar
Agustus,
2012
Aku memperhatikan tetes demi tetes air hujan di luar sana . Menyentuh dedaunan
yang tampak bersemangat akan datangnya mereka, aku juga menikmati dentingan air
yang jatuh di atas atap, mengalun indah, menggelitik telinga, dan terdengar
merdu seperti suara biola yang sering dia mainkan.
Dia?
Siapa dia?
Ya, dia yang saat ini sedang aku tunggu, dia yang semalam
mengirimiku pesan singkat dan berkata ingin bertemu. Dia, orang terjauh yang
paling dekat denganku, tepatnya dengan hatiku. Hampir 12 tahun kami berkawan,
aku benar-benar telah memahami segala tentangnya.
Sekitar 16 menit yang lalu aku tiba di sini, di sebuah
tempat kita terbiasa tertawa dan mungkin menangis bersama. Walau pada
kenyataannya aku tak pernah menyaksikan air mata itu menetes, atau bahkan
mengguyur pipinya seperti yang saat ini hujan lakukan pada bumi. Dia selalu
tampak lebih tegar. Akbar…
***
“Aargh, aku terlambat! Aku yakin saat ini Arum sedang
menungguku. Payah!” aku tanpa sengaja berkali-kali menendang bagian bawah mobil
karena kesal. Jalanan ibu kota
selalu seperti ini, macet! Lengkap sudah dengan hujan yang tak kunjung reda
sedari tadi.
‘tin.. tin…’ aku berkali-kali memainkan klakson
mobil, berharap semua mobil di depanku menyisih dan biarkan aku dengan bebas
melewati jalan.
Percuma, aku segera merogoh saku celana mencari benda
kecil yang canggih itu, memencet beberapa tombolnya, setidaknya aku harus
mengabari Arum tentang terjebaknya aku saat ini.
To: Arum
“macet, tapi sebentar lagi aku sampai”
dan,
dan,
Message
sent.
Sedikit merasa lega, dalam hati
aku berdoa dia sabar menungguku hingga tiba.
***
Macet? Oh..
Tapi setengah jam sudah, aku mulai kesal menunggunya, ini
bukan pertama kali dia berbuat demikian, aku bahkan sudah tak mampu
menghitungnya. Tapi tak apalah demi seorang kekasih ups maksudku demi seorang
sahabat, haha jangankan hanya setengah jam, aku mungkin juga sangat rela
menunggunya berpuluh tahun untuk tahu tentang perasaanku. Perasaan yang begitu
lembut yang kerap kali membuat batinku tersiksa menahan rindu hanya Karena satu
hari tak bertemu, ugh betapa berlebihan aku.
10 menit kemudian, dia belum juga tiba. Sungguh ini
keterlaluan. Kopi di depanku sudah dingin, kemana dia? Dasar Akbar bodoh!
Bisanya bikin kesel!
***
Aku keluar dari mobil, tanpa payung tak peduli akan basah,
di tanganku benda special tertutupi jaket ingin segera aku perlihatkan padanya,
semalam suntuk aku merakit benda yang entah aku sendiri belum tahu apa namanya.
Beberapa saat aku melongok ke dalam ruangan mencari sosok yang sedari tadi
sudah membayangiku. Nah itu dia! Dari jauh aku mampu merasakan betapa polos
gadis ini, kakinya terus saja bergerak kesana-kemari juga sendok di tangannya yang
tak berhenti mengaduk secangkir kopi. Heran! Setahuku, sebenarnya dia tak
begitu suka minum kopi hingga 4 bulan yang lalu aku membawanya ke tempat ini.
Waktu itu kami baru saja menghadiri acara reunian SMA, pulang dari sana mobil yang kami
kendarai mogok dan terpaksa berhenti di sebuah bengkel tepat di depan kedai
kopi ini. Dia mengeluh kehausan, dan saat itu mataku hanya menangkap kedai yang
terlihat begitu menarik untuk disinggahi, tapi itu hanyalah alasan kedua. Alasan
pertama sebenarnya aku memang begitu menyukai berbagai macam jenis kopi.
“Akbar, jangan gila! Kamu mau aku minum cairan hitam yang
hanya akan membuatku susah tidur?” sungutnya. Alasan yang tak pernah berubah,
dia hanya takut tak nyenyak tidurnya.
“kali ini saja, aku sudah malas keluar dari ruangan ini,
kamu tahu betapa berat aku mendorong mobil bututmu tadi?” sergahku, berharap
dia mengalah ternyata tidak dia malah semakin berapi-api, salahku tiba-tiba
melontarkan kata “butut” untuk ‘Chum’ mobil kesayangannya itu.
Konon kata ‘Chum’ ini adalah bahasa inggris yang artinya ‘teman karib’.
Dia menganggap mobil itulah karib terbaiknya. Aneh bukan? Aku jelas merasa
begitu cemburu sebagai sahabatnya, bukankah lebih baik aku daripada mesin
bernama mobil tadi?
“mobil butut katamu? Namanya chum! Sekali-kali kau harus
bersikap lembut padanya” mata yang sempat ku pikir adalah mata peri itu
melotot. Selebihnya aku memilih diam saja. Toh akhirnya dia juga mulai meneguk
secangkir kopi di atas meja walaupun dengan raut yang sama sekali tidak
menyenangkan. Aku hanya tersenyum menahan geli.
***
“kamu telat 42 menit 18 detik.” Ketusku, menyadari dia
sudah duduk di sampingku saat ini.
“aku kan
sudah bilang, macet. Jelas-jelas hujannya juga deras” dia membela diri, dan memang
selalu begitu.
“aku tak menerima alasan apapun! Katakan kenapa menyuruhku
ke tempat ini?” sergahku seakan tak peduli melihatnya basah walau tak sampai
kuyup.
“pesan kopi dulu lah” sahutnya santai, aku semakin kesal.
“Akbar, aku sibuk! Aku harus cepat-cepat kembali ke
kampus” tandasku, dia sontak menurunkan tangannya yang tadi dia angkat untuk
memanggil pelayan memesan secangkir kopi. Kemudian aku lihat dia mengambil
sesuatu dari samping meja dan menyodorkannya padaku. “ini…” dia menarik nafas
keras-keras, menahan kesal, Aku terkesima melihat benda unik di tangannya,
benda yang begitu mirip sarang laba-laba seperti terbuat dari kawat berwarna
kuning keemasan, herannya tak ada si penghuni sarang di sana . Malah seekor kupu-kupu kecil dari
plastik berwarna merah muda berkepala manusia, lebih tepatnya gambar kepalaku
yang terpasang begitu cantik dan rapi. Akbar selalu penuh kejutan, tanpa sadar
aku menarik sisi bibirku. Tersenyum. Belum sempat aku berucap terima kasih, dia
melanjutkan kalimatnya “besok, aku ke Jogja, akhirnya Ayah mengizinkan untuk
tinggal dan kuliah di sana saja, anggap sarang, eh mainan atau apalah nama
benda ini sebagai penggantiku untuk menemanimu ke depan nanti” aku diam seketika, tak mampu berucap
sedikitpun, hidup di Jogja memanglah cita-citanya sejak kita jaman SMP, dia
bilang, dia bisa menikmati berbagai bentuk seni klasik di sana. aku tahu darah
seni itu mengalir begitu kental dalam tubuhnya. “kamu tahu apa maksud dari
benda ini?” dia tersenyum “aku sebagai Spiderman yang selalu melindungi
peri harus meninggalkan sarangku
sebentar, dan kau harus tetap menungguku di sana ” lanjutnya kemudian,. Dongeng tentang
spiderman dan peri yang memang sempat kita tulis di atas kertas berukuran kecil
sisa-sisa notebook milik saudara perempuannya. Kemarin, kami setiap hari
melanjutkan kisah demi kisah, mengumpulkannya dalam satu album besar. “aku akan
menceritakan dongeng aneh ini kepada anak-anakku nanti” katanya, sambil
tersenyum waktu itu. Dongeng yang aneh? ya memang demikian. Tak pernah aku
menemukan spiderman dan seorang peri dalam satu waktu? Ini hanya dongeng konyol
buatan kami berdua, tentang seorang peri yang menangis setiap malam Karena iri
akan kebahagiaan yang dia berikan pada orang lain, juga tentang datangnya
Spiderman secara tiba-tiba yang kemudian menemani sepi sang peri sambil
berbisik bahwa dia tak pernah sendiri. Aku ingat betul alur dongeng ini.
Kali ini
aku melihatnya tertawa. Tak tahukah dia bahwa dadaku begitu sesak?.
“Akbar…”
***
“kenapa?” sahutku, ketika aku dengar suaranya melemah. Aku
mulai takut sebentar lagi akan menyaksikan air mata sang peri.
“kamu benar-benar akan meninggalkanku?” tanyanya kemudian,
dan benar air mata itu meluruh sudah, ah Arum..
“aku tidak meninggalkanmu, hanya aku harus pergi sebentar.
Walau bagaimanapun kita akan sama-sama mengejar cita-cita bukan?. Kamu bilang setelah
lulus kuliah kamu juga akan ikut tantemu ke Bali dan belajar menari di sana ” aku pikir, aku
sedang berusaha menenangkannya. Tapi tidak! Mata peri mulai menganak sungai dan
semakin meluap
“Arum, aku mohon jangan menangis di sini, ini tak terlihat seperti perpisahan sepasang kekasih. Ini hanya semacam perpisahan sementara dua orang sahabat yang hatinya terikat di sini. Di sarang laba-laba kecil ini” tangisnya menjadi. Sepertinya aku harus diam saja.
“Arum, aku mohon jangan menangis di sini, ini tak terlihat seperti perpisahan sepasang kekasih. Ini hanya semacam perpisahan sementara dua orang sahabat yang hatinya terikat di sini. Di sarang laba-laba kecil ini” tangisnya menjadi. Sepertinya aku harus diam saja.
***
Bagiku, ini seperti perpisahan antara aku dan kekasihku,
Akbar..
Begitulah kira-kira raungan dari hatiku, percuma! Akbar
bodoh tak mungkin mendengarnya. Aku tak bisa membayangkan akan melewati
hari-hari tanpanya, tapi akan egois jika aku malah menahan Akbar untuk tetap
tinggal, padahal aku paling tahu tentang mimpinya ini, Setelah itu kami hanya
diam saja, dia terlihat seperti memberiku waktu untuk menyelesaikan tangis. 2
menit kemudian, aku rasa aku harus tersenyum kembali.
“kamu benar, ini hanyalah perpisahan sementara. Dan kita
memang harus saling mengejar cita-cita” gumamku, dia pun tersenyum
“aku janji akan semakin rajin membuatkanmu berbagai jenis
mainan berbentuk peri. Peri yang baik hati dan tidak sombong” katanya, sambil
lalu mengusap air mataku.
“janji?”
“janji!” sahutnya penuh semangat dengan mata berbinar. Wahai
engkau yang selalu tampak begitu tegar, sekali saja izinkan aku melihat matamu
tanpa pijar agar aku percaya kau adalah malaikat yang sempat menjelma manusia.
***
Lega rasanya melihatnya kembali tersenyum, dari kemarin
memang Arum satu-satunya alasan kenapa aku begitu takut untuk segera ke Jogja.
Sahabatku yang satu ini memang terlalu menganggapku penting. Arum.. Arum..
Sunday, September 30, 2012
PERMEN, PUISI DAN GUCI
Suatu senja,
Kau mengajakku
bertandang ke rumahmu yang mungil
Di sana, serpihan-serpihan
puisi menggigil
Kau melukisnya
setiap hari
Namun kau
kehilangan nyali untuk berlari
Demikian
aku...
Senja berikutnya,
Matamu berkaca
menatap guci dalam kaca
Sekian tahun
kau merawatnya
Hingga guci
itu sesak oleh kenangan manis tentang rasa
Namun tanganmu
bergetar,
Kau kehilangan
kekuatan untuk menyentuhnya
Demikian
aku...
Senja terakhir,
Kita membeli
permen di pasar yang sama
Bagiku,
permen seharga 250 itu istimewa
Setiap gigitannya
membuatku terkenang-kenang sepanjang usia
Tidak
demikian kau...
Rupanya kau
lebih suka guci dalam kaca
Dari pada
permen yang katamu sepah tanpa rasa
Belakangan aku
tahu, kau lebih beruntung dariku
Kau lupa
puisi, kau pecahkan rupa guci
Sedang aku
masih di sini, dengan permen tergenggam rapi
Dan, permen
itu..
Gulanya melebur
di setiap aliran darahku
Maka..
Apakah aku
harus kehilangan semua darah di tubuhku,
Saat waktu
memaksaku lupa,
Pada segala
tentangnya?
*puisi dari Bidadari pendengar dongeng :-)
Siang yang begitu panas, berkali-kali aku meneguk air yang
baru saja ku beli. Aku merasa ayah terlalu lama membuatku menunggu hari ini,
lelah sekali..
beberapa saat aku merasa menjumpai seseorang yang sepertinya pernah ku lihat, ya! Itu dia si gadis kecil yang kemarin meninggalkan suratnya di depan toko es krim ini, aku girang! setidaknya mungkin dia bersedia melanjutkan isi suratnya dan sedikit hilangkan penatku menunggu ayah terlalu lama. Tunggu dulu, sepertinya berbeda. Dia terlihat begitu kaku, menenteng kantong plastik hitam di tangan kirinya, juga ada seorang perempuan dewasa yang membuntutinya dari belakang.
dia hendak masuk ke toko es krim, namun tiba-tiba menoleh ke arahku, memperhatikanku dengan mata bulatnya yang ternyata masih begitu mempesona, aku baru sadar ada cekungan hitam yang begitu mengganggu di bawah matanya, bisa ku tebak dia baru saja menangis..
dia menghampiriku, tepat berdiri di depanku. Perempuan yang menemaninya sontak kaget saat si gadis kecil menyapa orang yang tak dikenal.
“ini...” seruku dengan senyum manis, lantas dia membalikkan badan, merobek kertas itu dan menghambur ke arah perempuan dewasa tadi yang ternyata adalah ibunya.
beberapa saat aku merasa menjumpai seseorang yang sepertinya pernah ku lihat, ya! Itu dia si gadis kecil yang kemarin meninggalkan suratnya di depan toko es krim ini, aku girang! setidaknya mungkin dia bersedia melanjutkan isi suratnya dan sedikit hilangkan penatku menunggu ayah terlalu lama. Tunggu dulu, sepertinya berbeda. Dia terlihat begitu kaku, menenteng kantong plastik hitam di tangan kirinya, juga ada seorang perempuan dewasa yang membuntutinya dari belakang.
dia hendak masuk ke toko es krim, namun tiba-tiba menoleh ke arahku, memperhatikanku dengan mata bulatnya yang ternyata masih begitu mempesona, aku baru sadar ada cekungan hitam yang begitu mengganggu di bawah matanya, bisa ku tebak dia baru saja menangis..
dia menghampiriku, tepat berdiri di depanku. Perempuan yang menemaninya sontak kaget saat si gadis kecil menyapa orang yang tak dikenal.
“ini...” seruku dengan senyum manis, lantas dia membalikkan badan, merobek kertas itu dan menghambur ke arah perempuan dewasa tadi yang ternyata adalah ibunya.
“kau menyimpan suratku yang kemarin itu kan?” tanyanya
sungguh polos
Aku hanya mengangguk, lantas ia mengulurkan tangannya
memberi isyarat untuk ku serahkan kertas yang dia maksud, untung saja aku
benar-benar menyimpannya, ku buka tas-ku kemudian ku serahkan kertas kecil
dengan tulisan yang begitu tulus itu.
‘dia begitu menyayangi bocah laki-laki yang dia panggil
kakak kecil sejak 7 bulan yang lalu, teman bermainnya setiap hari, sebenarnya
dia bukan gadis yang sering ditemani sepi, dia memiliki banyak teman entah
kenapa hanya bocah laki-laki tadi yang begitu berpengaruh baginya, sekarang
ketika kakak kecilnya harus pergi, dia malah menangis. Anakku yang begitu
cerdas malah terlihat begitu bodoh, aku tak percaya anak kecil juga mengalami
hal ini’ cerita sang ibu sambil sesekali menyeka air mata yang menetes begitu
saja, aku terharu.Ternyata benar dugaanku, dia menulis surat itu untuk kakak
kecil yang menemaninya membeli es krim beberapa waktu lalu.
Sayang, tak bisa ia lanjutkan surat itu, dilanjutkan pun tak
mungkin sempat dibaca oleh kakak kecilnya. Si bocah kecil telah pergi, jauh tak
terjamah dan aku sulit bercerita ke mana sebenarnya dia pergi. (hehe, bingung)
Aku bingung harus bagaimana berkomentar tentang kisah
ini. Aku hanya percaya; jatuh cinta,
menyayangi, mencintai, dan menyukai tidak hanya dialami oleh kita yang mengaku
telah dewasa. Anak kecil pun bisa jatuh cinta, merasa kehilangan dan sakit yang
mendalam.
Dia hanya gagal mempertahankan komitmen atau prinsip untuk
tak jatuh hati, Selesai
Tuesday, September 18, 2012
Kecil kecil
Jangan berlebihan! Ini hanya tentang betapa bulat bumi yang
semakin gagal Ia pikirkan. Juga tentang bolehnya manusia memiliki
harapan-harapan walau tak ada yang tahu kapan terkabulkan.
“Absurd! Absurd! Absurd!” kata itu berulang kali keluar dari
mulutnya, juga lelehan air mata yang seperti tanpa sengaja mengikuti irama yang
mendayu-dayu dari dalam hatinya. Beginilah mungkin seorang perempuan
bersenjatakan tangis kala tak kuat menahan perih yang tak pernah berlumurkan
darah.
“Aku pantas mati.” Gumamnya lagi. Merasa hari-hari itu sudah
sangat takut meninggalkan sejarah. Ia berulang kali meminta angin berhenti
berkabar, memaksa hujan tinggalkan saja basah tanpa berair. Percuma! Terlanjur
pula! Ia hanya perempuan biasa, penikmat binatang kecil bernama kupu-kupu
bermimpi akan pernah memiliki sayap atau bahkan menjelma malaikat. Kenapa
begitu? Suatu hari Ia bertanya ‘pernahkah para malaikat atau peri merasakan
sakit sedemikian rupa yang ia rasakan?’ pertanyaan yang bodoh memang!
pikirnya mereka hanya sibuk terbang kesana-kemari berbagi kebahagiaan, tanpa
melukai siapapun tanpa mengorbankan siapapun.
“Tolol! Ini hanya mimpi, mimpi yang aneh. Se-aneh kata
mereka. Hentikan sekarang juga menjadi pengkhayal terlalu dalam.” Ia tertidur,
kelelahan menarik urat-urat di samping matanya mengeluarkan air mata.
Biarkanlah Ia terlelap dan merasakan mimpi yang belum pernah Ia rencanakan.
Sunday, August 26, 2012
Bidadari pendengar dongeng, ILoveYou
Sunday, July 22, 2012
Friday, June 22, 2012
Yang baru niih..
Rasanya baru kemarin aku
melihatnya tersenyum memandangi segerombolan perempuan yang berebut duduk di baris pertama untuk
menghadiri pengajian di mushalla, dengan kemeja warna hitam, senyum yang begitu
ramah, bisa ku tebak dia memang laki-laki yang baik seperti yang Rani katakan.
Tapi saat ini, aku melihatnya sangat jelas di depan mataku..
***
“mau ku perkenalkan dengan
seseorang?” pertanyaan yang selalu Rani -sahabatku- lontarkan ketika ada
kesempatan mengobrol di perpustakaan.
“males” bisikku singkat saja, dia
pasti sudah mengerti betapa aku bosan ditanyai demikian berulang kali.
“hey, kali ini lelaki yang
berbeda, Ndah” dia balas berbisik pelan
“dari kemarin kamu ngomongnya
gitu terus, bosen ah”
“Ndah, aku serius...” suaranya
terdengar lantang dengan wajah melas yang tak pernah Rani tinggalkan ketika
membujuk seseorang, aku hanya bisa tersenyum menandakan penolakan. “ssstt,
jangan berisik “ seru beberapa mahasiswa di belakang kursi yang kami
berdua tempati. Aku tak kuat menahan tawa saat Rani menundukkan kepalanya
tiba-tiba.
***
Sebuah pagi, aku dipertemukan
dengan beberapa poster promo pengajian untuk remaja-hahaha, aku menyebutnya
demikian- di dinding-dinding kelas, heran saja kenapa pengajian
harus ada iklan seperti ini, gambarnya pun seorang ikhwan yang terlihat begitu
tampan. Jadi wajar jika mushalla akan dipenuhi oleh kaum hawa nantinya, tak
jarang juga banyak laki-laki yang datang hanya untuk mengawasi perempuan-perempuan
mereka di sana, inilah alasannya kenapa sering sekali aku tak menyetujui ajakan
Rani untuk datang. Lebih baik aku dengarkan lewat radio tanpa harus berdesakan
dengan peluh yang seperti menghujani tubuh dari saking sesaknya. Toh, di sana
aku hanya akan berkeluh kesah tak tahan melihat begitu centilnya tangan
sahabat-sahabat perempuanku yang melempar kertas sana-sini, ini seperti ajang
beramai-ramai kembali ke masa dulu dengan surat-menyurat dari pada mendengarkan
pengajian yang sesungguhnya. Di samping
itu aku sangat bersyukur karena ternyata Ayah dan Ibu mengerti kenapa aku malas
sekali menghadiri PRM (Pengajian Remaja Mushalla) ini.
“ malam ini, kita harus datang!”
seru Rani di sampingku
“hah?? Nggak,”
“Indah, penceramahnya orang yang
ku ceritakan kemarin”
“apalagi, pokoknya aku nggak mau”
***
Oh
Tuhan, seusai Adzan isya aku sudah mendengar suara Rani mengobrol dengan Ibu di
teras depan, dia juga bercerita tentang laki-laki itu, aku yakin ibu hanya
manggut-manggut mendengarnya. Pura-pura mendengar seksama padahal sudah bosan
karena ini bukan kali pertama Rani bercerita tentang laki-laki yang ingin dia
jodohkan denganku yang beginilah,
begitulah.
“Rani hanya tak tahan mendengar ocehan teman-teman kampus
tentang Indah, bu....” begitulah sekilas yang ku dengar dari percakapan itu.
Yaah, memang betul mereka , sebagian
orang yang mungkin tak menyukai sikap cuekku berkata aku perempuan sombong jadi
tak ada laki-laki yang suka, padahal sebenarnya aku merasa tak cocok saja
dengan style yang mereka gunakan dalam menjalani hidup ini, kadang mereka
keterlaluan dalam merespon sikap lelaki. everybody has their own way, right??. aku
keluar menemui Rani dan Ibu, melempar senyum tapi Rani dengan cepat menarik
tanganku.
“eh,
mau kemana?”
“ke
mushalla. Mari Bu, Assalamualaikum”
“waalaikumussalam,
hati-hati nak” senyum ibu terlihat begitu lega
Dalam
perjalanan, aku hanya menggerutu Rani menarikku dengan paksa, berkali-kali dia meminta
maaf dan memohon agar aku mau ikut dengannya, dan baiklah kali ini aku turuti..
Di
mushalla, sudah sangat jelas di depan
mata, jemaah yang hadir rata-rata adalah
perempuan, oh Tuhan! Tak terbayangkan sebelumnya aku sedang berdesakan dengan mereka. Ini gila,
berkali-kali aku menghibur diri dengan berkata “tak apalah demi seorang
sahabat” Rani hanya tersenyum begitu bahagia. Berbagai adegan masa lalu telah
dilakukan, melempar surat, saling melirik
dan lain sebagainya hingga mushalla tiba-tiba begitu sepi saat pengisi
pengajian, laki-laki yang Rani ceritakan duduk tepat di depan jemaah dengan
senyum yang begitu ramah, semua perempuan mengarah padanya saat ini, aku juga
memperhatikan tatapan iri laki-laki yang lain. sesaat aku berpikir kali ini
sahabatku tak salah menilai orang.
23:42 pm, jam yang tertera di handphoneku
demikian, ini sudah di luar biasanya. Aku tak bisa lelapkan mata, aku sedang
gelisah, terbebani oleh senyum yang ku tangkap di mushalla tadi, beginikah
seorang perempuan?? Begitu cepat ditaklukkan hanya dengan satu senyuman??
Bahkan ada yang mengatakan lebih sering perempuan yang jatuh hati lebih dulu.
Aku mencemaskan hatiku, dia sedang meronta ingin mencari tahu siapa sebenarnya
laki-laki berkemeja hitam tadi, aarrgh...
***
“nanti malam, Abi mau ke rumahmu” suara Rani di telepon
“ngapain Ran?”
“ditunggu saja” klik! Terputus. Rasanya aku ingin
berteriak, Rani membuatku ingin marah dua kali, pertama karena dia, aku terbebani
senyum itu. Kedua dia sudah membuatku begitu penasaran..
***
Malam
itu, Abi Rani benar-benar datang, beliau tak sendiri. Melainkan ditemani
sepasang suami istri dan laki-laki yang sudah beberapa hari ini sempat
mengganggu konsentrasiku, yah laki-laki yang mengisi pengajian di mushalla
waktu itu. Yang paling mengejutkan lagi, dia dan keluarganya datang untuk
melamarku, subhanallah walhamdulillah..
Awalnya
aku tak percaya, aku seperti dijemput dengan tidak sengaja oleh pangeran
impian. Namanya Anas, Khairunnas. Dia sepupu Rani, herannya aku yang sudah
sangat lama bersahabat dengan Rani tak mengetahui hal tersebut. Setelah ku
tanyakan, ternyata dia sepupu Rani yang tinggal di Medan, sengaja datang ke
sini hanya untuk melihatku, parahnya lagi Rani sudah mengiriminya foto-fotoku
sejak jaman aku masih SMP, benar-benar disengaja!
Malam
itu, saat ibu menanyakan bersediakah aku dilamar oleh lelaki tersebut, sungguh
aku tak bisa berkata tidak, aku tiba-tiba menangis terharu dan memeluk ibu,
betapa Allah selalu memberi kejutan yang begitu indah untuk hambaNya. Sekarang
, resmilah aku menjadi tunangannya.
***
01 juli 2012
Hari
ini kami sekeluarga pergi ke Medan, berkunjung ke rumahnya, aku sudah tak sabar
ingin segera tiba, ingin kemballi melihat senyum yang begitu ramah itu. Selama
ini aku dan dia hanya berkomunikasi dengan sangat kaku di telepon seluler, aku
tak bisa membayangkan mungkin sesampainya di sana aku akan terlihat lebih kaku
lagi. Tentang Rani, dia sudah tiba lebih dulu di sana. Kata Rani ini acara yang
begitu special karena aku dan dia bisa berdampingan sebagai saudara ipar, bukan
sekedar sahabat, aku ingin tertawa mendengar pernyataan Rani ini.
Satu
jam, dua jam, tiga jam kemudian kami hampir tiba...
***
Rasanya baru kemarin aku
melihatnya tersenyum memandangi segerombolan perempuan yang berebut duduk di baris pertama untuk
menghadiri pengajian di mushalla, dengan kemeja warna hitam, senyum yang begitu
ramah, bisa ku tebak dia memang laki-laki yang baik seperti yang Rani katakan.
Tapi saat ini, aku melihatnya
sangat jelas di depan mataku, terbaring
kaku, dikelilingi orang-orang yang begitu mencintainya. Aku menangis,
tangisku dalam hati ini. Ibu memelukku tapi aku merasa sendiri, air mata ini ku
paksa jatuh tapi tak bisa, seperti ada yang sengaja menahan. Allah begitu cepat
ingin kebahagiaanku kembali padaNya..
Ternyata aku datang hanya untuk
menghadiri upacara pemakamannya, aku belum sempat berucap rindu, belum sempat
membuat suasana yang begitu akrab antar kami berdua, belum sempat berkata
betapa bahagia aku menjadi bagian dari cerita hidupnya.
Tadi, saat dia bergegas
menjemputku dan keluargaku di stasiun kereta, dalam perjalanan telah Allah
kehendaki sebuah kecelakaan maut menimpanya, dan tak bisa selamatkan nyawanya,
aku ingin menyesali kenapa harus dia yang bergegas menjemput kami, kenapa tidak
yang lain saja. Allahumma ighfir lahu..
Sunday, May 27, 2012
"coba kau lihat!, aku masih bisa menulis"
dia tersenyum mendengarku
"lalu, coba kau bayangkan betapa selama ini kau membuatku kelimpungan. bahkan sampai ada yang bilang aku seperti kupu-kupu yang terbang tanpa sayap"
tersenyum untuk yang kedua kalinya
"sekarang, bisa kau tebak apa saja yang aku tulis?"
dia diam, mengerutkan kedua alisnya
"semuanya hanya tentang KESEDIHAN, 98% kesedihan!, kejam kau"
beranjak, ingin menamparnya, tapi urung ku lakukan
"tanganku terlalu hebat hanya untuk menyentuh pipimu, bahkan bisa saja aku tak bisa menulis lagi setelahnya" terdiam sesaat
"sekarang pergilah, lebih baik aku tak melihatmu dari pada menamparmu dan kehilangan magic tanganku ini"
dia tersenyum mendengarku
"lalu, coba kau bayangkan betapa selama ini kau membuatku kelimpungan. bahkan sampai ada yang bilang aku seperti kupu-kupu yang terbang tanpa sayap"
tersenyum untuk yang kedua kalinya
"sekarang, bisa kau tebak apa saja yang aku tulis?"
dia diam, mengerutkan kedua alisnya
"semuanya hanya tentang KESEDIHAN, 98% kesedihan!, kejam kau"
beranjak, ingin menamparnya, tapi urung ku lakukan
"tanganku terlalu hebat hanya untuk menyentuh pipimu, bahkan bisa saja aku tak bisa menulis lagi setelahnya" terdiam sesaat
"sekarang pergilah, lebih baik aku tak melihatmu dari pada menamparmu dan kehilangan magic tanganku ini"
Saturday, May 26, 2012
Fly away so high...
setinggi anganku
untuk meraihmu
memeluk batinmu,
yang sama kacau karena merindu.. ;)
setinggi anganku
untuk meraihmu
memeluk batinmu,
yang sama kacau karena merindu.. ;)
Thursday, May 17, 2012
Wednesday, May 16, 2012
Tuesday, May 15, 2012
Kau kenapa lagi, pangeran?
berkali-kali peri kecil memanggilmu tapi tak juga kau menyahut.
kau ingin akhiri persahabatan kecil nan indah ini?
Maaf, jika peri kecil terlalu berlebihan memperlakukanmu.
tapi peri rasa tak hanya padamu peri seperti inii
tolong, gubris peri kecil yang mulai malang ini...
berkali-kali peri kecil memanggilmu tapi tak juga kau menyahut.
kau ingin akhiri persahabatan kecil nan indah ini?
Maaf, jika peri kecil terlalu berlebihan memperlakukanmu.
tapi peri rasa tak hanya padamu peri seperti inii
tolong, gubris peri kecil yang mulai malang ini...
Monday, May 14, 2012
Subhanallah..
hidungku benar-benar bermasalah nih..
kehujanan tadi, tapi alhamdulillah gak papa
hanya sering banget bersin..
terus lagi gatel banget ne hidung :(
hidungku benar-benar bermasalah nih..
kehujanan tadi, tapi alhamdulillah gak papa
hanya sering banget bersin..
terus lagi gatel banget ne hidung :(
Sunday, May 13, 2012
Dont disturb me tonight >_<
aku mau menyelesaikan beberapa pekejaan yang terbengkalai..
its about semantics, huuaaaaah :(
lelahnyaaa...
aku pusing!!!
aku mau menyelesaikan beberapa pekejaan yang terbengkalai..
its about semantics, huuaaaaah :(
lelahnyaaa...
aku pusing!!!
Miss melankolis kambuh..
tersiksa jadinya :D
sore-sore flu, aiing!!
kok bisa yaa?
hidung jadi mampet nih :)
yaaa..
nikmati saja_lah.. :D
tersiksa jadinya :D
sore-sore flu, aiing!!
kok bisa yaa?
hidung jadi mampet nih :)
yaaa..
nikmati saja_lah.. :D
Saturday, May 12, 2012
Ruang
ICU Rumah Sakit Kasih Bunda, 03:00 dini hari…
“percayalah
semuanya akan segera membaik” entah, keberapa kalinya aku sudah mendengar
kalimat ini, huh…. Mereka tak tahu
betapa khawatirnya aku saat ini. Aku layaknya kapas, sangat tipis dan terlampau
lemah sedang ketakutan di tepi sungai. Takut terjatuh ke dalamnya, yah… takut
basah kuyup…
teringat tentang khawatir
yang telah menghantuiku, aku takut sebentar lagi akan meninggalkan dunia ini,
aku takut tak bisa lagi menikmati setiap inchi keindahan yang Allah ciptakan,
aku takut untuk jauh dari orang-orang tersayangku. Apalagi setelah ku tahu aku sedang
berada di ruangan serba hijau ini, bukan ruangan serba putih lagi.
***
Sebuah pagi, sebelum
segalanya terjadi dan sebelum khawatir mendiami hati kecilku. Aku baru saja
bersiap-siap untuk ikut ayah ke Medan, menjenguk nenek yang sakit, beliau
sengaja tak mengajak ibu. Katanya lebih baik
ibu di rumah menemani citra, adik perempuanku yang sedang menghadapi UN di
sekolahnya.
Kembali tentang cerita perjalananku dan ayah
ke Medan, sebelum meninggalkan rumah aku merasa ada hal aneh, jantungku serasa
berdebar lebih kencang, aku sendiri tak tahu apa penyebabnya.
Di stasiun kereta api, bulu kudukku berdiri
begitu saja mendengar raungan kereta api di depanku, ini bukan kali pertama aku
berada di stasiun kereta atau bahkan menaikinya, tapi entahlah seperti ada yang
aneh saja dengan diriku. Kereta dan raungannya ini seperti singa yang siap
menerkamku. “ayah ke loket dulu,” begitu kata ayah kemudian berlalu dari
hadapan kami. Aku melihat ibu. Hhhh… berat sekali untuk pergi jauh dari ibu,
jarak Medan ke lampung tidaklah dekat. Aku masih ingin menatap kedalaman cinta
di matanya. Masih ingin terus merasakan dekap sayangnya setiap hari. dia
terlihat membereskan barang-barang ayah. Ku lirik Citra, dia sibuk
membolak-balik buku panduan UN yang kemarin ayah belikan untuknya.
“sibuk banget sih, kamu
pasti lulus” ucapku seraya mengacak-acak rambutnya.
“huh.. kak Nara selalu
menganggap remeh sesuatu” ah… citra. Respon yang membuatku gemas sekali.
“bukan meremehkan, tapi
yakin deh, kalau masih
SD dijamin lulus” Citra merengut, menyebalkan sekaligus lucu.
“Nara…” panggil ibu,
seakan memberi isyarat untuk berhenti mengganggu Citra. “cepat ambil ranselmu,
ayah sudah nunggu di sana.” Ucap ibu dan menunjuk posisi tempat ayah berdiri.
“ibu…” seruku lirih… ibu
menoleh dan kontan langsung memelukku, ugh! Pelukan hangat ini. Aku tak
ingin kehilangan pelukan sehangat ini.
“kamu kenapa sayang? Dari
tadi ibu lihat kamu cemas sekali,”
“Nara takut setelah ini
tak bisa kembali bertemu ibu” kali ini aku sesenggukan, aku menangis…
“hush! Kamu ini, jangan
ngomong sembarangan nduk” ibu melepas pelukannya, beliau sibuk mengusap air
mata di pipiku “sudah ayo cepat, kasihan ayah nunggu dari tadi” ajak ibu lagi
“citra… ayo nak!” ups Allah… air mata bukan hanya meleleh di pipiku tapi di
pipi beliau juga, beliau malah sibuk menghapus air mata di pipiku. Inilah kasih
sayang ibu yang katanya tak terhingga sepanjang masa.
***
“pakai selimutnya, udara
dalam perjalanan seperti ini tidak baik untuk kesehatan” ucap ayah, dalam satu
ruang kereta VIP ini kami memang hanya berdua. Satu jam berlalu. Ayah menimang-nimang
handphone di tangannya sedari tadi,
sibuk membalas SMS dari kerabat di Medan, mengabari mereka kalau kami sudah
berada di dalam
kereta. Aku masih diam, cemas, takut dan… ugh! Sebenarnya ada apa
denganku? Kekhawatiran yang sangat sudah menguasai hati dan pikiranku.
Kini jam sudah
menunjukkan angka 12, ku lihat ayah tertidur, kekhawatiranku bertambah. Takut
tak bisa lagi melihat ayah tidur sepulas ini, huh… tiba-tiba, terdengar
dentuman yang begitu keras, kereta bergetar sangat cepat, ayah terbangun. Lampu
kereta mati begitu saja. Terdengar teriakan gemuruh orang-orang.ternyata kereta
yang sedang ku tumpangi menabrak kereta yang lain. Oh tuhan… kenapa bisa?
Bukankah setiap kereta memiliki jadwalnya masing-masing?
“Nara ayo pegang tangan
ayah!” teriak ayah panik
“ Nara tidak bisa melihat
apa-apa”sesaat terlihat lampu sorot dari handphone
ayah menyinari. Aku bisa melihat keadaan sekitar. Termasuk tangan ayah, ku
coba menjangkaunya. Tapi… brukk!! Kereta oleng ke samping, aku terjatuh. Dan
prannggg…. Sebuah besi besar tubuh dari kereta menindihku, “Nara……” itu adalah suara terakhir ayah yang
ku dengar.
***
Rasa khawatirku memuncak
ketika ku tahu ini sudah hari ke 18 dari koma panjangku. Herannya aku bisa mendengar
segala dari sekitarku. Tangisan ibu, teriakan Citra, dan suara sendu ayah.
Sepertinya keadaan ayah lebih baik
dariku. Dan sore ini, ketika dokter mengabari mereka bahwa tak ada tanda-tanda
aku bisa bangun, ibu menangis sejadinya…ugh ibu aku mendengarmu, tapi aku tak
sanggup tuk sekedar buka mata.” Percayalah, semuanya akan segera membaik”
begitu kata ayah. Aku sudah lelah mendengar kalimat ini, kapan? Aku sudah tak
sabar ayah, tak sabar untuk kembali memelukmu. Ingin sekali ku buka mata
ini,aku sudah berselimut rindu yang sangat. Ingin ku curhat pada Allah segera
saja cabut nyawaku, atau buka mataku. Aku tak ingin menyiksa keluargaku lebih
lama lagi.
Allah…
kapan kau putuskan salah satu dari keduanya?
J
percakapan antar dua manusia..
R: sudah malam, tidurlah..
A: malam tidur, sudahlah! Biarkan..!!!!
R: kamu yang tidur bukan malam..
A: nggak, mata saya masih terbuka lebar.
R: tapi malam sudah menyuruhmu pejamkan mata..
A: hanya mataku kah?? Bagaimana dengan milikmu??
R: mataku??? Malam telah jadi temanku, jadi kan
ku temani ia hingga dia pun menyuruhku..
A: tidak,, aku juga ingin berteman dengannya,
jadi biarkan aku duduk di sebelahmu sambil temani malam. Katakan padanya
berhentilah menyuruhku pejamkan mata.
R: dia menyuruhmu tidur bukan karena dia tak
ingin berteman denganmu tapi kau lebih dari seorang teman baginya, hingga dia
pun tak ingin merepotkanmu, ikutilah nasehatnya...
A: baiklah, katakan padanya aku menyayanginya.
R: ya, kan ku sampaikan lewat udaranya....
Hahahahhahaa...
:D
Pengen
ketawa aja..
Aku lelah, sangat!!
kau, tinggalkanlah aku..
tak apa aku sakit sementara.
dari pada ku tahan saat ini begitu sakitnyaa.
:(
kau siapa?
bukan apa-apa
bukan sesuatu berharga yang harus selalu ku jaga.
kau, bahkan tak memberitahuku hati siapa yang kau puja.
ingin aku tumpah padamu, tapi tak bisa :'(
ugh!!!
kau, tinggalkanlah aku..
tak apa aku sakit sementara.
dari pada ku tahan saat ini begitu sakitnyaa.
:(
kau siapa?
bukan apa-apa
bukan sesuatu berharga yang harus selalu ku jaga.
kau, bahkan tak memberitahuku hati siapa yang kau puja.
ingin aku tumpah padamu, tapi tak bisa :'(
ugh!!!
Untuk Alan
Aku Tak Mengerti
Cinta
“Di bola matamu....
Kerinduan_”
“ Boleh dikata cinta itu
semburat
cahaya dalam hati, ini ada di dalam buku”
“ Aku tanya menurutmu,
bukan apa yang ada dalam buku”
“ Menurutku? Hmm.. apa
ya? Entahlah aku juga tidak tahu, lebih baik kau rasakan saja”
“ Dirasakan? Manis nggak
ya?”
“ Bukan manis tapi indah”
“ Kalau indah bukan
dirasa donk tapi dilihat”
“ Terserahlah! Kamu
membuatku semakin bingung”
Sebuah
percakapan yang tak bisa ku lupakan sampai kapanpun, dia selalu bermain-main
dengan cinta tapi dia sendiri tak pernah
tahu hakikat cinta. Dari percakapan inilah semuanya akan berawal indah, seperti
yang dia katakan.
Serangkai cerita cinta
yang sangat parah bila terus ku pikirkan. Ini tentang Alan, seorang laki-laki
yang belum lama ini ku kenal sempat membuatku bingung karena rasa yang dia oles di dinding hatiku,
mungkinkah itu cinta? Aku
tak mengerti adanya. Oh ya aku mengenal Alan sebatas teman di dunia maya saja.
Aku pun tak pernah bertemu dengan dirinya, sekedar tahu dia dari photo-photo
yang dia berikan pada teman-temannya.
***
Aku tak pernah mempercayai sejuta cerita cinta
yang dia lontarkan
padaku, karena aku benar-benar tak ingin tenggelam pada cinta yang kata
teman-temanku sangat menyakitkan itu. Aku tak mau buang-buang waktuku hanya
karena cinta yang suka mengikat hati manusia. Hm… kembali pada Alan, menurutku
dia merupakan teman yang baik dan sangat menyenangkan untuk sekedar menghibur
diri.
“ Selamat pagi, is
there something special to day?” sapanya pagi itu di telepon,, tiba-tiba
saja senyumku merekah.
“ I think, nothing!,
Alan, pagi banget kamu menelponku? Adakah sesuatu yang ingin kau bagi?”
“ Tidak ada, hanya saja
rasanya pagi ini sangat membosankan kalau tidak ku gunakan untuk mendengar
suaramu yang jernih” hm… dia mulai lagi.
“ Jernih? Emangnya air?
Gombalisasi kamu,” Alan hanya tertawa mendengarku mengatakan kata “Gombalisasi”
tadi, aku akui ini penyalahgunaan bahasa Indonesia.
“ Apaan tuh gombalisasi?
Udah kelas berapa sih kok ngga bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar?”
“ Hm… baru kelas 2 SD
mas,” setelah itu aku mendengarnya tertawa.
***
Hari ini aku dibuatnya
bingung lagi, tentang pengakuannya padaku kalau dia menyimpan rasa aneh yang
aku pun
tak mengerti rasa apa itu. Seperti biasa aku berpura-pura menganggap semua itu
leluconnya saja, mana mungkin dia jatuh cinta padaku? Padahal dia tak pernah
bertemu denganku, jadi lucu, kan? Sebenarnya aku juga bingung harus bersikap
seperti apa karena aku juga merasakan apa yang dia rasakan, kalau dipikir
secara logika sih… ini sekedar rasa semu
yang dirasakan gadis berumur 17 tahun sepertiku dan laki-laki berumur 18 tahun
seperti Alan. Aku harus segera selesaikan rasa semu ini.
“ Jadi menurutmu rasa ini
semu?” tanyanya begitu kelu ku dengar, seperti biasa kami hanya bicara lewat
via telepon
“ Ya, kamu harus yakinkan
diri kamu kalau apa yang kau rasakan hanya semu!” aku berusaha setenang mungkin
“ Va, aku sudah
memikirkan ini matang-matang, dan ku rasa mungkin aku mencintai kamu, dan aku selalu butuh kamu”
“ Mungkin?! Itu hal yang
wajar, aku menemani kamu sms dan telepon setiap hari jadi tak salah jika
tiba-tiba kamu merasa seperti itu, tapi yang jelas ini bukan cinta seperti yang
kamu maksud” aduh Alan, jangan buatku tambah bingung dan tak mengerti.
“ Lalu aku harus
bagaimana menghadapi rasa ini?”
“ Yakinkan dirimu kalau
itu hanya rasa yang semu” aku terus mengulang kalimat itu, aku tak mau
terperangkap oleh permainan seperti ini lagi pula aku tak mempercayai Alan
seutuhnya, maafkan aku Alan…!!
***
Alan belum menghilang
dari duniaku, dia tetap menghubungiku setiap hari. Tak ku pungkiri aku bahagia, dan entahlah tiba-tiba
aku suka dia memperlakukanku lebih dari sekedar teman, bahkan terkadang aku
biarkan dia menghambur sayangnya padaku, karena aku juga menyayanginya tapi aku
tak ingin melebih-lebihkan semua ini. Terkadang aku berpikir jika suatu saat
tanpa sengaja aku bertemu dengan Alan mungkin sikapku akan kaku, dan sulit
menyapanya seperti yang biasa ku lakukan di telepon. Aku berpikir lagi, Alan
aku sangat menyayangi kamu tapi aku tak ingin kita lebih dari sekedar teman...
lebih baik kita lihat semuanya nanti.
Aku..
Aku..
sedang jatuh hati pada pria yang tak pernah ku tahu siapa ia,
kadang ini sangat menyiksa. bahkan sakit begitu dahsyatnyaa..
Aku..
hhmmp :)
hanya menikmati segala, biarkan aku menikmatinya :D
sedang jatuh hati pada pria yang tak pernah ku tahu siapa ia,
kadang ini sangat menyiksa. bahkan sakit begitu dahsyatnyaa..
Aku..
hhmmp :)
hanya menikmati segala, biarkan aku menikmatinya :D
Friday, May 11, 2012
Subscribe to:
Posts (Atom)