Sunday, May 27, 2012

"coba kau lihat!, aku masih bisa menulis" 
dia tersenyum mendengarku 

"lalu, coba kau bayangkan betapa selama ini kau membuatku kelimpungan. bahkan sampai ada yang bilang aku seperti kupu-kupu yang terbang tanpa sayap" 
tersenyum untuk yang kedua kalinya 

"sekarang, bisa kau tebak apa saja yang aku tulis?" 
dia diam, mengerutkan kedua alisnya 

"semuanya hanya tentang KESEDIHAN, 98% kesedihan!, kejam kau" 
beranjak, ingin menamparnya, tapi urung ku lakukan 

"tanganku terlalu hebat hanya untuk menyentuh pipimu, bahkan bisa saja aku tak bisa menulis lagi setelahnya" terdiam sesaat 
"sekarang pergilah, lebih baik aku tak melihatmu dari pada menamparmu dan kehilangan magic tanganku ini"

Saturday, May 26, 2012

Fly away so high...
setinggi anganku
untuk meraihmu
memeluk batinmu,
yang sama kacau karena merindu.. ;)

Thursday, May 17, 2012

Tenggorokan Sakiiit :'(

Wednesday, May 16, 2012

ADA APA DENGAN HATI YANG SELALU INGIN MENDENGAR SUARAMU..

Tuesday, May 15, 2012

Kau kenapa lagi, pangeran?
berkali-kali peri kecil memanggilmu tapi tak juga kau menyahut.
kau ingin akhiri persahabatan kecil nan indah ini?
Maaf, jika peri kecil terlalu berlebihan memperlakukanmu.
tapi peri rasa tak hanya padamu peri seperti inii
tolong, gubris peri kecil yang mulai malang ini...

Monday, May 14, 2012


Subhanallah..
hidungku benar-benar bermasalah nih..
kehujanan tadi, tapi alhamdulillah gak papa
hanya sering banget bersin..
terus lagi gatel banget ne hidung :(

Sunday, May 13, 2012

Dont disturb me tonight >_<
aku mau menyelesaikan beberapa pekejaan yang terbengkalai..
its about semantics, huuaaaaah :(
lelahnyaaa...
aku pusing!!!
Miss melankolis kambuh..
tersiksa jadinya :D
sore-sore flu, aiing!!
kok bisa yaa?
hidung jadi mampet nih :)
yaaa..
nikmati saja_lah.. :D

Saturday, May 12, 2012


Ruang ICU Rumah Sakit Kasih Bunda, 03:00 dini hari…
            “percayalah semuanya akan segera membaik” entah, keberapa kalinya aku sudah mendengar kalimat  ini, huh…. Mereka tak tahu betapa khawatirnya aku saat ini. Aku layaknya kapas, sangat tipis dan terlampau lemah sedang ketakutan di tepi sungai. Takut terjatuh ke dalamnya, yah… takut basah kuyup…
teringat tentang khawatir yang telah menghantuiku, aku takut sebentar lagi akan meninggalkan dunia ini, aku takut tak bisa lagi menikmati setiap inchi keindahan yang Allah ciptakan, aku takut untuk jauh dari orang-orang tersayangku. Apalagi setelah ku tahu aku sedang berada di ruangan serba hijau ini, bukan ruangan serba putih lagi.
***
Sebuah pagi, sebelum segalanya terjadi dan sebelum khawatir mendiami hati kecilku. Aku baru saja bersiap-siap untuk ikut ayah ke Medan, menjenguk nenek yang sakit, beliau sengaja tak mengajak ibu. Katanya lebih baik ibu di rumah menemani citra, adik perempuanku yang sedang menghadapi UN di sekolahnya.
 Kembali tentang cerita perjalananku dan ayah ke Medan, sebelum meninggalkan rumah aku merasa ada hal aneh, jantungku serasa berdebar lebih kencang, aku sendiri tak tahu apa penyebabnya.
 Di stasiun kereta api, bulu kudukku berdiri begitu saja mendengar raungan kereta api di depanku, ini bukan kali pertama aku berada di stasiun kereta atau bahkan menaikinya, tapi entahlah seperti ada yang aneh saja dengan diriku. Kereta dan raungannya ini seperti singa yang siap menerkamku. “ayah ke loket dulu,” begitu kata ayah kemudian berlalu dari hadapan kami. Aku melihat ibu. Hhhh… berat sekali untuk pergi jauh dari ibu, jarak Medan ke lampung tidaklah dekat. Aku masih ingin menatap kedalaman cinta di matanya. Masih ingin terus merasakan dekap sayangnya setiap hari. dia terlihat membereskan barang-barang ayah. Ku lirik Citra, dia sibuk membolak-balik buku panduan UN yang kemarin ayah belikan untuknya.
“sibuk banget sih, kamu pasti lulus” ucapku seraya mengacak-acak rambutnya.
“huh.. kak Nara selalu menganggap remeh sesuatu” ah… citra. Respon yang membuatku gemas sekali.
“bukan meremehkan, tapi yakin deh, kalau masih SD dijamin lulus” Citra merengut, menyebalkan sekaligus lucu.
“Nara…” panggil ibu, seakan memberi isyarat untuk berhenti mengganggu Citra. “cepat ambil ranselmu, ayah sudah nunggu di sana.” Ucap ibu dan menunjuk posisi tempat ayah berdiri.
“ibu…” seruku lirih… ibu menoleh dan kontan langsung memelukku, ugh! Pelukan hangat ini. Aku tak ingin kehilangan pelukan sehangat ini.
“kamu kenapa sayang? Dari tadi ibu lihat kamu cemas sekali,”
“Nara takut setelah ini tak bisa kembali bertemu ibu” kali ini aku sesenggukan, aku menangis…
“hush! Kamu ini, jangan ngomong sembarangan nduk” ibu melepas pelukannya, beliau sibuk mengusap air mata di pipiku “sudah ayo cepat, kasihan ayah nunggu dari tadi” ajak ibu lagi “citra… ayo nak!” ups Allah… air mata bukan hanya meleleh di pipiku tapi di pipi beliau juga, beliau malah sibuk menghapus air mata di pipiku. Inilah kasih sayang ibu yang katanya tak terhingga sepanjang masa.
***
“pakai selimutnya, udara dalam perjalanan seperti ini tidak baik untuk kesehatan” ucap ayah, dalam satu ruang kereta VIP ini kami memang hanya berdua. Satu jam berlalu. Ayah menimang-nimang handphone di tangannya sedari tadi, sibuk membalas SMS dari kerabat di Medan, mengabari mereka kalau kami sudah berada di dalam kereta. Aku masih diam, cemas, takut dan… ugh! Sebenarnya ada apa denganku? Kekhawatiran yang sangat sudah menguasai hati dan pikiranku.
Kini jam sudah menunjukkan angka 12, ku lihat ayah tertidur, kekhawatiranku bertambah. Takut tak bisa lagi melihat ayah tidur sepulas ini, huh… tiba-tiba, terdengar dentuman yang begitu keras, kereta bergetar sangat cepat, ayah terbangun. Lampu kereta mati begitu saja. Terdengar teriakan gemuruh orang-orang.ternyata kereta yang sedang ku tumpangi menabrak kereta yang lain. Oh tuhan… kenapa bisa? Bukankah setiap kereta memiliki jadwalnya masing-masing?
“Nara ayo pegang tangan ayah!” teriak ayah panik
“ Nara tidak bisa melihat apa-apa”sesaat terlihat lampu sorot dari handphone ayah menyinari. Aku bisa melihat keadaan sekitar. Termasuk tangan ayah, ku coba menjangkaunya. Tapi… brukk!! Kereta oleng ke samping, aku terjatuh. Dan prannggg…. Sebuah besi besar tubuh dari kereta menindihku,  “Nara……” itu adalah suara terakhir ayah yang ku dengar.
***
Rasa khawatirku memuncak ketika ku tahu ini sudah hari ke 18 dari koma panjangku. Herannya aku bisa mendengar segala dari sekitarku. Tangisan ibu, teriakan Citra, dan suara sendu ayah. Sepertinya  keadaan ayah lebih baik dariku. Dan sore ini, ketika dokter mengabari mereka bahwa tak ada tanda-tanda aku bisa bangun, ibu menangis sejadinya…ugh ibu aku mendengarmu, tapi aku tak sanggup tuk sekedar buka mata.” Percayalah, semuanya akan segera membaik” begitu kata ayah. Aku sudah lelah mendengar kalimat ini, kapan? Aku sudah tak sabar ayah, tak sabar untuk kembali memelukmu. Ingin sekali ku buka mata ini,aku sudah berselimut rindu yang sangat. Ingin ku curhat pada Allah segera saja cabut nyawaku, atau buka mataku. Aku tak ingin menyiksa keluargaku lebih lama lagi.
Allah… kapan kau putuskan salah satu dari keduanya?


J percakapan antar dua manusia..

R:  sudah malam, tidurlah..
A:  malam tidur, sudahlah! Biarkan..!!!!
R:  kamu yang tidur bukan malam..
A:  nggak, mata saya masih terbuka lebar.
R:  tapi malam sudah menyuruhmu pejamkan mata..
A:  hanya mataku kah?? Bagaimana dengan milikmu??
R:  mataku??? Malam telah jadi temanku, jadi kan ku temani ia hingga dia pun menyuruhku..
A:  tidak,, aku juga ingin berteman dengannya, jadi biarkan aku duduk di sebelahmu sambil temani malam. Katakan padanya berhentilah menyuruhku pejamkan mata.
R:  dia menyuruhmu tidur bukan karena dia tak ingin berteman denganmu tapi kau lebih dari seorang teman baginya, hingga dia pun tak ingin merepotkanmu, ikutilah nasehatnya...
A:  baiklah, katakan padanya aku menyayanginya.
R:  ya, kan ku sampaikan lewat udaranya....

Hahahahhahaa... :D
Pengen ketawa aja..

Aku lelah, sangat!!
kau, tinggalkanlah aku..
tak apa aku sakit sementara.
dari pada ku tahan saat ini begitu sakitnyaa.
:(

kau siapa?
bukan apa-apa
bukan sesuatu berharga yang harus selalu ku jaga.
kau, bahkan tak memberitahuku hati siapa yang kau puja.
ingin aku tumpah padamu, tapi tak bisa :'(
ugh!!!

Untuk Alan


Aku Tak Mengerti Cinta

“Di bola matamu....

              Kerinduan_”



“ Boleh dikata cinta itu semburat cahaya dalam hati, ini ada di dalam buku”
“ Aku tanya menurutmu, bukan apa yang ada dalam buku”
“ Menurutku? Hmm.. apa ya? Entahlah aku juga tidak tahu, lebih baik kau rasakan saja”
“ Dirasakan? Manis nggak ya?”
“ Bukan manis tapi indah”
“ Kalau indah bukan dirasa donk tapi dilihat”
“ Terserahlah! Kamu membuatku semakin bingung”
                Sebuah percakapan yang tak bisa ku lupakan sampai kapanpun, dia selalu bermain-main dengan cinta  tapi dia sendiri tak pernah tahu hakikat cinta. Dari percakapan inilah semuanya akan berawal indah, seperti yang dia katakan.

Serangkai cerita cinta yang sangat parah bila terus ku pikirkan. Ini tentang Alan, seorang laki-laki yang belum lama ini ku kenal sempat membuatku bingung  karena rasa yang dia oles di dinding hatiku, mungkinkah itu cinta? Aku tak mengerti adanya. Oh ya aku mengenal Alan sebatas teman di dunia maya saja. Aku pun tak pernah bertemu dengan dirinya, sekedar tahu dia dari photo-photo yang dia berikan pada teman-temannya.
                                                                  ***

 Aku tak pernah mempercayai sejuta cerita cinta yang dia lontarkan padaku, karena aku benar-benar tak ingin tenggelam pada cinta yang kata teman-temanku sangat menyakitkan itu. Aku tak mau buang-buang waktuku hanya karena cinta yang suka mengikat hati manusia. Hm… kembali pada Alan, menurutku dia merupakan teman yang baik dan sangat menyenangkan untuk sekedar menghibur diri.
“ Selamat pagi, is there something special to day?” sapanya pagi itu di telepon,, tiba-tiba saja senyumku merekah.
I think, nothing!, Alan, pagi banget kamu menelponku? Adakah sesuatu yang ingin kau bagi?”
“ Tidak ada, hanya saja rasanya pagi ini sangat membosankan kalau tidak ku gunakan untuk mendengar suaramu yang jernih” hm… dia mulai lagi.
“ Jernih? Emangnya air? Gombalisasi kamu,” Alan hanya tertawa mendengarku mengatakan kata “Gombalisasi” tadi, aku akui ini penyalahgunaan bahasa Indonesia.
“ Apaan tuh gombalisasi? Udah kelas berapa sih kok ngga bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar?”
“ Hm… baru kelas 2 SD mas,” setelah itu aku mendengarnya tertawa.
                                                                                ***
Hari ini aku dibuatnya bingung lagi, tentang pengakuannya padaku kalau dia menyimpan rasa aneh yang aku pun tak mengerti rasa apa itu. Seperti biasa aku berpura-pura menganggap semua itu leluconnya saja, mana mungkin dia jatuh cinta padaku? Padahal dia tak pernah bertemu denganku, jadi lucu, kan? Sebenarnya aku juga bingung harus bersikap seperti apa karena aku juga merasakan apa yang dia rasakan, kalau dipikir secara logika sih… ini  sekedar rasa semu yang dirasakan gadis berumur 17 tahun sepertiku dan laki-laki berumur 18 tahun seperti Alan. Aku harus segera selesaikan rasa semu ini.
“ Jadi menurutmu rasa ini semu?” tanyanya begitu kelu ku dengar, seperti biasa kami hanya bicara lewat via telepon
“ Ya, kamu harus yakinkan diri kamu kalau apa yang kau rasakan hanya semu!” aku berusaha setenang mungkin
“ Va, aku sudah memikirkan ini matang-matang, dan ku rasa mungkin aku mencintai  kamu, dan aku selalu butuh kamu”
“ Mungkin?! Itu hal yang wajar, aku menemani kamu sms dan telepon setiap hari jadi tak salah jika tiba-tiba kamu merasa seperti itu, tapi yang jelas ini bukan cinta seperti yang kamu maksud” aduh Alan, jangan buatku tambah bingung dan tak mengerti.
“ Lalu aku harus bagaimana menghadapi rasa ini?”
“ Yakinkan dirimu kalau itu hanya rasa yang semu” aku terus mengulang kalimat itu, aku tak mau terperangkap oleh permainan seperti ini lagi pula aku tak mempercayai Alan seutuhnya, maafkan aku Alan…!!
                                                                ***
Alan belum menghilang dari duniaku, dia tetap menghubungiku setiap hari. Tak ku pungkiri aku bahagia, dan entahlah tiba-tiba aku suka dia memperlakukanku lebih dari sekedar teman, bahkan terkadang aku biarkan dia menghambur sayangnya padaku, karena aku juga menyayanginya tapi aku tak ingin melebih-lebihkan semua ini. Terkadang aku berpikir jika suatu saat tanpa sengaja aku bertemu dengan Alan mungkin sikapku akan kaku, dan sulit menyapanya seperti yang biasa ku lakukan di telepon. Aku berpikir lagi, Alan aku sangat menyayangi kamu tapi aku tak ingin kita lebih dari sekedar teman... lebih baik kita lihat semuanya nanti.




                                                                                          

Aku..

Aku..
sedang jatuh hati pada pria yang tak pernah ku tahu siapa ia,
kadang ini sangat menyiksa. bahkan sakit begitu dahsyatnyaa..
Aku..
hhmmp :)
hanya menikmati segala, biarkan aku menikmatinya :D

Friday, May 11, 2012

12 mei 2012
The first time i do this one..
chayoo, ceritakanlah apa yang ingin kau ceritakan..